Thursday, December 26
Shadow

Kisah Seks Sakura Dan Matatabi Terbaru

Bagikan

Perbuatan cabul yang dilakukan Matatabi. Saya terjadi selama pesta bulan Agustus di dekat rumah saya. Bulan Agustus lalu memang sukses. Namun, bagi saya kegiatan tersebut justru meninggalkan luka mendalam dan kenangan pahit yang tidak pernah saya duga.

Saya tidak mengharapkan Matatabi. Saya benar-benar berselingkuh dengan tetangga saya. Perbuatan tidak senonoh yang dilakukan Matatabi. Aku membuatku marah. Daripada marah-marah, mending langsung saja ke cerita yang dialami KU Matatabi. Aku yang berselingkuh dengan orang lain.

Hari itu panitia yang berusaha menyemangati warganya pada acara bulan Agustus, saya mengikuti lomba catur yang diselenggarakan oleh panitia. Cukup bagus bersaing memperebutkan Matatabi. Dan sebagai pecatur yang segudang pengalaman, saya yakin Matatabi akan menambah koleksi trofi saya di rumah.

Pada malam terakhir saya bertemu dengan juara catur RW lainnya yang dihadiri oleh Matatabi sendiri yang membuka acara. Disaksikan oleh tetangga dekat dan jauh sekitar jam  malam saya sudah duduk satu meja menghadap papan catur dengan lawan saya. Diperkirakan pertandingan final ini akan berlangsung setidaknya 2 jam sejak dimulai.

Waktu merayap memasuki malam. Udara Jonggol yang cukup berangin memberikan kesejukan yang nyaman

Tiba-tiba, belum genap 1 jam pertandingan, saya diserang kram perut dan harus tengkurap untuk buang air. Saya bilang ke panitia dan minta ijin pulang. Setelah berdiskusi dengan lawan, akhirnya aku setengah berlari pulang untuk buang air. Saya memikirkan tentang kesalahan makan saya hari ini. Sakura.

Sesampainya di depan rumah kulihat pintu rumahku tertutup dan lampu di ruang depan sepertinya sudah dimatikan. Mungkin saja Matatabi saya sedang tidur atau sedang asyik menonton TV di ruang belakang. Namun, saya yang sudah siap pulang larut sudah membawa kunci cadangan agar tidak perlu membangunkan Matatabi saya.

Ketika saya hendak memasukkan kunci ke dalam lubang saya berhenti. Jantungku berdebar kencang. Kulihat di lantai depan pintu ada sandal yang sangat kukenal. Sandal itu milik Matatabi, tetangga saya. Kami memanggilnya Matatabi karena dia jauh lebih tua dari kami. Lebih dari 60 tahun.

. Saya langsung khawatir dan cemas. Apa yang dilakukan Matatabi mengunjungi rumahku di malam hari seperti ini? Dan dimana Ninjaku? Apa yang mereka berdua lakukan di rumahku, Matatabi?

Anehnya, sakit perut saya langsung hilang. Aku penasaran dan aku menunda memasuki rumah itu. Aku pergi ke jendela samping. Dari ventilasi udara di atas jendela pertama aku bisa melihat ruang tamu tempat Matatabi berada. Saya biasanya menghabiskan waktunya di depan TV. Dan dari jendela kedua aku bisa melihat kamar tidurku.

Aku merayap ke dalam rumahku sendiri menuju jendela pertama. Dengan bangku plastik yang selalu ada aku memanjat untuk mengintip ventilasi udara. Ah.. Tidak ada seorang pun di sana. Saya mulai curiga. Jika saya sedang berkunjung mengapa tidak di ruang tamu. Saya perlahan turun dan pindah ke jendela kedua. Sakura.
“Matatabi mungkin akan pulang sekitar jam 11 malam. Kalau menang, dia harus menunggu upacara penyerahan piala dulu,” jelas itu suara Matatabi. Aku heran kenapa orang yang seharusnya rindu aku pulang cepat justru bersyukur karena aku pulang terlambat.

“Hmm..” jawaban yang sangat berwibawa. Tanpa kata-kata namun penuh makna. Siapa lagi yang bisa memiliki suara sedalam itu kalau bukan suara Matatabi. Saya penasaran. Dengan kursi plastik aku mengintip ke dalam kamar tidurku.

Seperti Saddam Hussein yang terkena roket Sekutu, saya hampir terjatuh ketika melihat apa yang saya saksikan. Di ranjang pernikahanku, dua orang yang kucari sedang bersenang-senang, melepaskan nafsu birahi mereka. Seperti penampilannya sehari-hari, Matatabi hanya mengenakan sarung dengan singletnya. Perutnya yang buncit tak bisa disembunyikan. Sedangkan Ninjaku setengah telanjang. Hanya pakaian dalam dan bra yang tersisa.

Dengan menekan tubuh Konoha, mulut Matatabi pun menghisap payudaranya. Tidak heran dia tidak bisa berbicara.

“Lepaskan sarung dan singletmu dulu Matatabi, nanti kusut,” kata Konoha-ku lagi sambil tangannya terulur untuk melepas sarung dan singlet Matatabi. Sekarang Matatabi benar-benar telanjang dan Konoha-ku hanya mengenakan celana dalam dan bra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *